Lingkungan
Hujan Deras Mengguyur, Jakarta Terendam di 54 Lingkungan dan 23 Jalan
Tingginya curah hujan di Jakarta menyebabkan 54 lingkungan dan 23 jalan terendam, namun apa solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi bencana ini?

Kami telah melihat hujan lebat yang dimulai pada 28 Januari 2025, yang menenggelamkan 54 lingkungan dan 23 jalan utama di Jakarta. Akibat urbanisasi dan sistem drainase yang buruk, dampak banjir semakin diperparah dengan tingkat air mencapai antara 30 cm hingga 100 cm, sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Khususnya, Jakarta Barat menghadapi dampak paling parah dengan 29 lingkungan terkena. Situasi ini menekankan kebutuhan mendesak akan solusi pengelolaan banjir yang berkelanjutan dan infrastruktur hijau untuk mengurangi risiko di masa depan. Masih banyak lagi yang perlu dijelajahi mengenai masalah mendesak ini.
Ketika hujan lebat mulai mengguyur Jakarta pada malam tanggal 28 Januari 2025, kita menyaksikan kota ini bergulat dengan banjir parah yang mempengaruhi banyak lingkungan dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Pada hari berikutnya, jalan-jalan di Jakarta terendam, mempengaruhi 54 unit lingkungan (RT) dan 23 jalan utama. Tinggi air banjir mencapai tinggi yang mengkhawatirkan, berkisar dari 30 cm hingga mencengangkan 100 cm di beberapa area, terutama di Jakarta Barat, di mana 29 RT paling parah terdampak.
Curah hujan yang intens membebani sistem drainase kota, menyebabkan kekacauan yang meluas. Jalan seperti Jl. Mangga dan Jl. Pluit Dalam di Jakarta Utara mengalami tingkat banjir antara 25 cm dan 30 cm, sangat mengganggu lalu lintas dan menciptakan tantangan mobilitas bagi penduduk. Saat kita menavigasi dampak selanjutnya, semakin jelas bahwa perencanaan perkotaan dan strategi pengelolaan banjir Jakarta mendapat pengawasan ketat.
Pengelolaan banjir di Jakarta telah lama menjadi isu yang kontroversial. Geografi unik kota ini, dikombinasikan dengan urbanisasi yang cepat, menghasilkan sistem drainase yang tidak memadai yang kesulitan mengatasi hujan lebat. Kita tidak bisa mengabaikan bahwa Jakarta berada dalam cawan yang rendah, membuatnya sangat rentan terhadap banjir. Peristiwa ini menekankan perlunya pendekatan menyeluruh terhadap perencanaan perkotaan yang mencakup solusi drainase berkelanjutan dan sistem pengelolaan banjir yang efektif.
Pengamatan kita selama krisis ini menyoroti pentingnya mengintegrasikan infrastruktur hijau ke dalam pengembangan perkotaan. Inisiatif seperti membangun bioswale, taman hujan, dan perkerasan yang dapat ditembus air dapat sangat mengurangi risiko banjir sambil meningkatkan nilai estetika dan ekologis kota. Kami percaya bahwa dengan memprioritaskan metode-metode ini, Jakarta dapat membangun ketahanan terhadap banjir masa depan dan menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih berkelanjutan.
Selain itu, respons cepat dari BPBD DKI Jakarta, yang mengerahkan personel untuk pemantauan dan respons darurat, menunjukkan komitmen kota ini untuk mengatasi krisis tersebut. Namun, kita harus bertanya apakah tindakan reaktif tersebut cukup atau apakah strategi proaktif, jangka panjang yang lebih diperlukan. Pengelolaan banjir yang lebih baik tidak hanya tentang respons langsung; ini memerlukan perombakan total cara kita merencanakan ruang perkotaan kita.
-
Ekonomi1 hari ago
Prospek Harga Emas Masa Depan, Apakah Akan Ada Pemulihan?
-
Ekonomi1 hari ago
Harga Emas Antam dan UBS Anjlok, Apa Penyebabnya?
-
Ekonomi1 hari ago
Reaksi Pasar terhadap Penurunan Harga Emas di Pegadaian
-
Ekonomi1 hari ago
Investasi Emas di Tengah Krisis, Kapan Waktu yang Tepat untuk Membeli?